Identifikasi Potensi Bencana Alam dan Upaya Mitigasi yang Sesuai Diterapkan di Pulau Harapan dan Pulau Kalapa, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Oleh Fauzia Rahmawati
Pulau Harapan dan pulau kalapa merupakan pulau yang termasuk ke dalam Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang spesifik dan menyimpan keindahan alam terutama taman lautnya. Pulau ini juga mempunyai kekayaan sumber daya alam yang potensial. Potensi inilah yang perlu dilestarikan agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.
Mitigasi bencana dapat diartikan sebagai upaya sistematik untuk mengurangi risiko bencana baik secara struktural maupun non struktural (Coburn, et al. 1994). Mitigasi struktural meliputi upaya fisik yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, antara lain sistem peringatan dini, pembangunan pemecah ombak, peredam abrasi, penahan sedimentasi, pembangunan pemukiman panggung, relokasi permukiman, dan remangrovisasi. Sedangkan mitigasi non struktural meliputi upaya non fisik untuk mengurangi risiko bencana, seperti pembuatan peraturan perundangan terkait, norma standar prosedur manual (NSPM), dan sosialisasi upaya mitigasi bencana serta menyusun standard operational procedure (SOP) penyelamatan diri maupun massal (Bappenas, 2006). Upaya mitigasi bencana alam sangat ditentukan oleh kemampuan SDM aparat dan masyarakat setempat, teknologi, prasarana, sarana, biaya serta kombinasi antar instansi terkait. Penyiapan upaya mitigasi tersebut juga terkait dengan presepsi pemerintah daerah menyikapi penting tidaknya memperhitungkan resiko bencana, terutama sebelum bencana alam terjadi.
Bentuk dan tingkat efektifitas mitigasi bencana alam yang dapat diterapkan tidak sama anatara satu upaya dengan upaya lain, satu wilayah dengan wilayah lain, tergantung pada jenis dan intensitas bencana alam yang terjadi (Subandono, 2007). Kajian secara akurat dan langsung mengenai bentuk dan efektifitas mitigasi bencana alam di suatu daerah seringkali sulit dilakukan karena bencana alam seringkali sulit di prediksi (Latief, 2005). Oleh karena itu, kajian efektivitas mitigasi bencna alam suatu daerah dapat dilakukan dengan membandingkan sistem yang sama yang telah dilakukan dalam penanggulangan bencana sejenis di tempat lain.
Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam pesisir melimpah dan potensi bencana alam yang tinggi (Dahuri, 1996). Ada berbagai bencana yang bisa terjadi di daerah pesisir, seperti Abrasi, Banjir, Tsunami, dan juga Puting beliung.
Tulisan Ilmiah ini bertujuan mengetahui potensi bencana alam dan bentuk upaya mitigasi yang sesuai diterapkan di Pulau Harapan dan Pulau Kalapa. Metode analisis yang saya gunakan di tulisan ini adalah wawancara penduduk setempat dan hasil analisis data serta pendapat para pakar. Oleh karena itu identifikasi potensi bencana alam disamping potensi sumber daya alam merupakan salah satu aspek penting dalam pertimbangan perumusan kebijakan pengembangan wilayah. Berdasarkan pemahaman potensi bencana alam yang mungkin terjadi maka diperlukan langkah preventif proaktif dan kesiapsiagaan sebelum terjadinya bencana, serta sistem penanggulangan ketika terjadi bencana. Langkah pemulihan setelah terjadi bencana berupa rehabilitasi dapat dimasukkan dalam rumusan kebijakan secara komprehensif. Hal ini terbukti dalam kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang ada pada umumnya belum dilengkapi dengan sistem mitigasi bencana.
Berdasarkan hasil survey kelapangan dan wawancara masyarakat Pulau Kalapa serta data yang saya dapatkan di berbagai media massa, teridentifikasi sub elemen mitigasi bencana yang dikaji meliputi sosialisasi, sistem penyelamatan diri, pendampingan pendirian bangunan standar, dan sistem peringatan dini. Pemerintah melalui Sub bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta sudah melaksanakan program peringatan melalui simulasi bencana puting beliung pada siswa siswi SDN 01 Pulau Kalapa pada tahun 2012 Namun sayangnya, peringatan dini tersebut kurang sesuai, karena siswa ketika simulasi diarahkan ke lapangan, sedangkan bencana alam yang sedang disimulasikan dan yang kerap terjadi di pulau kalapa dan pulau harapan adalah Puting beliung yang dimana seharusnya Masyarakat diarahkan ke bangunan yang kokoh.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa bencana alam puting beliung kerap terjadi di kepulauan seribu khususnya pulau Harapan dan Pulau kalapa. Upaya mitigasi strutrual atau Sistem yang perlu dikembangkan di pulau tersebut adalah merelokasi beberapa rumah warga dan membuat bangunan besar yang kokoh ketika di terjang puting beliung untuk zona aman ketika bencana alam tersebut datang. Karena saat ini ketika puting beliung datang warga keluar rumah untuk menyelamatkan diri dari reruntuhan rumah. Semangat otonomi daerah dengan kewenangan yang dimiliki pemerintah untuk mengelola pembangunan dan keuangan termasuk upaya mitigasi bencana kepulauan, hendaknya dimanfaatkan untuk membangun prasarana dan sarana pulau yang multi guna serta menumbuh kembangkan kembali orientasi sumber daya manusia pulau. Sedangkan upaya untuk mitigasi non struktural adalah peringatan dini, dan simulasi yang dilakukan rutin seperti 1 tahun 1 kali.
Comments
Post a Comment